Langsung ke konten utama

Sel Darah Merah (Eritrosit)

Sel darah merah (RBC) atau eritrosit merupakan sel tubuh yang terspesialisasi untuk ransportasi oksigen (O2) dan karbokdioksida (CO2). Sel RBC atau eritrosit pada hewan mamalia berbentuk bikonkaf dan tanpa inti. Struktur ini meningkatkan luas permukaan untuk pertukaran gas dan fleksibilitas untuk melewati kapiler sempit (Pretini et al., 2019). Komponen utama RBC meliputi air (61%), protein (32%, sebagian besar hemoglobin), karbohidrat (7%), dan lipid (0,4%) (Olver et al., 2010).


Struktur dan Fungsi Eritrosit

Membran RBC terdiri dari protein dan lipid yang menjaga fleksibilitas serta integritas sel. Sitoplasma padat dengan hemoglobin, protein yang mengandung zat besi penting untuk pengikatan dan pengangkutan oksigen.

Fungsi Utama

1.      Transportasi Oksigen: Hemoglobin mengikat oksigen di paru-paru dan mendistribusikannya ke jaringan.

2.      Pengangkutan Karbon Dioksida: RBC membawa karbon dioksida dari jaringan kembali ke paru-paru.

3.      Peran Lain: RBC membantu menjaga hemostasis, mendukung respons imun, dan berinteraksi dengan sel lain seperti endotel dan trombosit.

 

Proses pembentukan eritrosit (eritropoiesis)

Proses pembentukan eritrosit disebut eritropoiesis, dimulai dari proeritroblast, lalu melalui tahap basofilik eritroblast, polikromatofil eritroblast, orthochromatic eritroblast, retikulosit, hingga menjadi eritrosit dewasa (Guyton and Hall, 2006). Pada kondisi normal, retikulosit yang bersirkulasi hanya sekitar 0,5–1,5% dari total RBC (Sloane, 2004). Tingginya jumlah retikulosit dapat mengindikasikan anemia.

Beberapa faktor memengaruhi jumlah RBC dalam tubuh, termasuk volume plasma, laju destruksi eritrosit, sekresi eritropoietin, dan kadar oksigen jaringan. Hormon dari kelenjar adrenal, tiroid, ovarium, testis, dan hipofisis anterior juga berperan dalam regulasi ini.

 

Gangguan eritrosit (Vani & Soumya, 2020).

1.      Anemia: Penurunan jumlah atau kualitas RBC yang menyebabkan berkurangnya transportasi oksigen. Penyebabnya meliputi kehilangan darah, gangguan produksi, atau penghancuran RBC.

2.      Hemoglobinopati: Kelainan genetik seperti penyakit sel sabit dan talasemia yang memengaruhi struktur dan fungsi hemoglobin.

3.      Gangguan Membran: Sferositosis herediter dan eliptositosis mengurangi fleksibilitas dan umur RBC.

4.      Stres Oksidatif: Paparan terus-menerus terhadap oksidasi dapat merusak RBC dan berkontribusi pada penyakit seperti anemia sel sabit.

 

Implikasi Klinis dan Penelitian

1.       Transfusi Darah: Transfusi RBC digunakan untuk anemia berat, meskipun risiko reaksi akibat ketidakcocokan golongan darah masih menjadi tantangan.

2.       Perubahan Bentuk RBC: Studi deformabilitas RBC membantu memahami penyakit seperti malaria dan anemia sel sabit.

3.       Manajemen Stres Oksidatif: Penelitian pada antioksidan, seperti antosianin, bertujuan melindungi RBC dari kerusakan oksidatif.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stud tail ( Feline Tail Gland Hyperplasia)

Pernah punya kucing yang ekornya selalu kotor berwarna hitam , kadang berkerak, bahkan sampai bisa menyebabkan kebotakan? Klo teman-teman punya kasus serupa ini biasa disebut Stud tail   atau istilah kerenya Feline Tail Gland Hyperplasia. Pengertian Kasus Stud Tail merupakan suatu kondisi ketika ekor kucing jantan memiliki kelenjar Apokrin ( keringat )   dan kelenjar Sebaceus ( minyak) yang aktif pada bagian atas ekor. Kelenjar ini menghasilkan hipersekresi lilin yang membuat lesi kucing menjadi berkerak dan membuat kerontokan pada rambut (bulu). Jika kondisi ini sudah parah, maka bisa membuat ekor kucing menjadi rentan terhadap infeksi bakteri dan menyebabkan bau tak sedap. Kasus ini umumnya terjadi pada kucing jantan walaupun demikian tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada kucing betina. Selain di bagian ekor kondisi ini juga bisa terjadi dibagian bawah dagu kucing. Penyebab Pada kasus ini ternjadi hiperplasia pada kelenjar sebaceus dan apokrin sehingga terjadi...

Kasus Displasia Abomasum pada Sapi

Displasia Abomasum (DA) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perpindahan abomasum dari lokasi yang sebenarnya.  Umumnya kasus DA banyak terjadi pada sapi perah ( Friesian Holstein ) yang memiliki produksi susu yang tinggi. Kasus ini biasanya terjadi pada akhir masa kebuntingan berkisar 2 minggu sebelum kelahiran (2 minggu prepartus ) dan pada awal masa laktasi yaitu sekitar 8 minggu setelah kelahiran (8 minggu post partus). Selain sapi, kasus DA juga dapat terjadi pada jenis ruminansia lainya, walaupun kasus pada rumininasia lainnya jarang terjadi.

Cacingan Pada Hewan Kesayangan (Anjing dan Kucing)

Tau gak ?? kalau hewan kesayangan anda bisa terkena C acingan ?  dan parahnya lagi.. cacingan pada hewan kesayangan anda bisa menular kemanusia...  Biar lebih paham dan lebih jelas, ayo kita bahas cacingan pada hewan kesayangan ini secara lebih mendalam Cacingan atau helminthiasis, merupakan persoalan penting yang banyak diremehkan oleh pemilik hewan. Padahal kondisi cacingan dapat menyebabkan efek yang sangat merugikan, bahkan dapat menyebabkan kematian. Lebih parahnya lagi ternyata ada beberapa jenis cacing yang bersifat zoonotik artinya dapat menular dari hewan ke manusia. Selain karena berbahaya, penyakit cacingan juga ternyata merupakan salah satu penyakit yang sangat sering ditemukan pada hewan. Laporan dari Suratma et al . pada tahun 2016 menunjukkan bahwa tingkat kejadian kecacingan pada kucing di daerah Badung, Bali mencapai 90,97 %. Lebih spesifik lagi pernah dilaporkan jumlah pasien anjing di Rumah Sakit Hewan Jakarta yang terinfeksi cacing Ancylostoma sp...