Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari 2024

Ketika Kecoa Bersekutu dengan Patogen: Bahaya yang Terabaikan

Kecoa  Kecoa (cockroach) adalah salah satu serangga yang sering mengganggu kehidupan manusia. Hewan ini telah menghuni bumi selama hampir 300 juta tahun, menjadikannya salah satu makhluk tertua di planet ini. Tersebar hampir di seluruh dunia, kecoa lebih menyukai lingkungan hangat dan lembap, sehingga jarang ditemukan di daerah kutub. Di Indonesia, kecoa yang sering ditemui meliputi kecoa Amerika ( Periplaneta americana ), kecoa Jerman ( Blattella germanica ), dan kecoa Oriental ( Blatta orientalis ) ( Ifeanyi & Olawumi, 2015).  Selain jenis umum tersebut, Indonesia juga menjadi rumah bagi kecoa terbesar di dunia yang ditemukan di hutan Kalimantan Timur pada tahun 2004, dengan ukuran mencapai 8 cm. Secara fisik, kecoa memiliki tubuh pipih, antena panjang, serta kaki kuat. Warna tubuhnya bervariasi dari cokelat terang hingga hitam, tergantung spesies. Struktur tubuh dan kemampuan adaptasinya memungkinkan kecoa bertahan dalam berbagai kondisi, bahkan di lingkungan ekstrem ( ...

Facial Dermatitis pada Kucing Persian dan Himalayan

  Facial Dermatitis  kucing Persia. Kotoran yang melekat dan berwarna gelap seperti lilin menutupi bulu wajah. Peradangan relatif sedang, meskipun terdapat banyak kotoran ( Gross et al., 2005) Facial Dermatitis pada kucing Persia dan Himalaya adalah kondisi langka, kompleks, dan progresif yang menyerang area wajah. Kondisi ini ditandai dengan material hitam pada kulit dan bulu, eritema, serta ekskoriasi, dan sering kali disertai gejala lain seperti otitis eksterna dan infeksi sekunder. Penyebab pastinya belum diketahui, namun faktor genetik diduga berperan. Facial dermatitis ini biasanya ditemukan pada kucing Persia muda berusia antara 10 bulan hingga 6 tahun, dengan usia rata-rata berkisar 2,5 tahun, dan lebih sering terjadi pada kucing jantan dibandingkan betina ( Gross et al., 2005).   Facial Dermatitis  pada kucing Persia. Debris yang melekat lebih sedikit dibandingkan dengan kucing pada gambar sebelumnya. Terdapat ekskoriasi traumatik dan alopesia, yang mengi...

Endometritis pada Peternakan Sapi: Tantangan Reproduksi dan Strategi Penanganan

Endometritis pada Peternakan Sapi: Tantangan Reproduksi dan Strategi Penanganan   Endometritis didefinisikan sebagai peradangan pada endometrium, lapisan terdalam dari dinding rahim. Kondisi ini dapat bermanifestasi sebagai endometritis klinis, yang terlihat jelas dan mudah dideteksi, dan endometritis subklinis, yang tidak terlalu terlihat namun tetap signifikan. Endometritis klinis ditandai dengan tanda-tanda peradangan yang terlihat, seperti edema, eritema, dan eksudat pada vagina atau pada apusan serviks. Kondisi ini biasanya dikaitkan dengan infeksi bakteri, yang sering kali disebabkan oleh patogen umum seperti Campylobacter foetus , Brucella sp. , Vibrio sp. , Trichomonas foetus , E. coli , Staphylococcus , Streptococcus , dan Salmonella . Bakteri dari vagina dapat masuk secara asenden ke rahim, terutama selama inseminasi buatan (IB) atau proses kelahiran. Ketika jumlah bakteri yang masuk ke uterus terlalu banyak, peradangan pun terjadi. Sebagian besar kasus endometritis d...

Mengukur Suhu Tubuh Kucing dan Anjing: Mana Metode yang Paling Tepat?

Suhu tubuh adalah salah satu indikator kesehatan utama pada kucing dan anjing. Dalam dunia kedokteran hewan, pengukuran suhu rektal (RT) telah lama dianggap sebagai metode standar emas karena akurasi yang tinggi. Namun, prosedur ini sering kali tidak nyaman bagi hewan, menyebabkan stres selama pemeriksaan. Untuk itu, para peneliti terus mencari alternatif yang lebih ramah hewan tetapi tetap akurat, seperti suhu aksila (AT), suhu membran timpani (TMT), dan termometer inframerah non-kontak (NCIT). Pengukuran Suhu Rektal: Standar yang Tidak Nyaman Pengukuran suhu rektal adalah pilihan utama karena memberikan hasil yang andal. Namun, penelitian menunjukkan bahwa hanya sekitar 53% kucing dapat mentoleransi metode ini tanpa menunjukkan tanda-tanda stres. Meski akurat, ketidaknyamanan yang dirasakan oleh hewan membuat RT kurang ideal dalam situasi tertentu, terutama untuk pemeriksaan rutin atau pada hewan yang sangat sensitif (Smith et al., 2015).  Suhu Aksila: Alternatif yang Lebih...

Canine Atopic Dermatitis

Penyakit kulit pada hewan, terutama anjing dan kucing, sering ditemukan, dengan salah satu yang paling umum adalah atopik dermatitis. Atopik dermatitis adalah kondisi hipersensitivitas kulit yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, seperti genetik, gangguan sistem imun, faktor lingkungan, dan agen infeksi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada anjing dibandingkan dengan kucing (Gross et al., 2005). Hillier dan Griffin (2001) menyebutkan bahwa prevalensi atopik dermatitis pada anjing bisa mencapai 3-30%. Diagnosis atopik dermatitis pada anjing tidak mudah dilakukan karena gejalanya sangat bervariasi, mirip dengan kondisi dermatitis lainnya. Oleh karena itu, pemahaman yang lebih mendalam tentang etiology, patogenesis, gejala klinis, dan pengelolaan penyakit ini sangat penting, baik untuk kesehatan hewan maupun kenyamanan pemilik hewan.   Materi dan Metode Tulisan ini disusun berdasarkan studi literatur yang mencakup laporan penyakit, buku, jurnal, dan artikel ilmiah yang re...