Langsung ke konten utama

"Scratching" Menggaruk pada Kucing

Pernah kah teman-teman melihat kucing melakukan "Scratching" atau menggaruk-garuk entah itu, jok motor, sofa, karpet, kusen kayu, atau benda lain yang ada dirumah? 

Scratching atau menggaruk merupakan perilaku naluriah kucing. Mereka melakukannya untuk mengekspresikan emosi, seperti kegembiraan atau stres, untuk menandai objek dengan aromanya (mereka memiliki kelenjar aroma di cakarnya), untuk menghilangkan bagian kuku yang mati dan, seringkali, hanya untuk meregangkan tubuh.

Karena ini merupakan perilaku alamiah maka akan sulit di hindari. Di alam, kucing umumnya akan menggaruk batang pohon atau benda-benda lain yang tersedia. Untuk kucing yang tidak memiliki akses keluar rumah atau sebagian besar hidupnya ada dalam rumah, maka dia akan mencari benda-benda yang memungkinkan dan nyamam untuk digaruk seperti sofa, karpet, atau benda lain. 

Sebagai pemilik hewan bila kita tidak menginginkan benda-benda diatas rusak maka sebaiknya kita menyediakan media untuk penyaluran hasrat menggaruk ini. 

Saat ini banyak media yang disediakan untuk mengalihkan sifat menggaruk ini. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan agar kucing tertarik terhadap media garukan yang kita sediakan.

1. Letakkan media garukan ini ke tempat yang dekat dengan lokasi kucing sering menggaruk seperti sofa atau tiang meja. 

2. Oleskan catnip ke media garukan, agar disukai kucing.

3. Berikan media garukan yang sesuai dengan kebiasaan menggaruk. Misalnya kucing lebih suka menggaruk media yang datar (horizontal) atau media yang vertikal. 

Buat yang memelihara kucing harus paham dan mengetahui bahwa menggaruk ini merupakan perilaku alamiah yang harus di salurkan. Jadi, bila tidak ingin benda kesayangan kita rusak maka sediakanlah media alternatif lain yang bisa digunakan si kucing untuk menggaruk.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar diseluruh belahan dunia. Di ind

Kasus Displasia Abomasum pada Sapi

Displasia Abomasum (DA) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perpindahan abomasum dari lokasi yang sebenarnya.  Umumnya kasus DA banyak terjadi pada sapi perah ( Friesian Holstein ) yang memiliki produksi susu yang tinggi. Kasus ini biasanya terjadi pada akhir masa kebuntingan berkisar 2 minggu sebelum kelahiran (2 minggu prepartus ) dan pada awal masa laktasi yaitu sekitar 8 minggu setelah kelahiran (8 minggu post partus). Selain sapi, kasus DA juga dapat terjadi pada jenis ruminansia lainya, walaupun kasus pada rumininasia lainnya jarang terjadi.

Abses pada sapi

Sapi perah Abses merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada sapi perah. Kondisi abses banyak terjadi pada peternakan sapi perah yang memiliki tingkat sanitasi kandang yang rendah. Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang mati) yang berada dalam kavitas jaringan tubuh yang biasanya pada daerah kulit dan menimbulkan luka yang cukup serius karena infeksi dari bakteri pembusuk . Abses itu sendiri merupakan reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebar nya benda asing di tubuh. Pada abses terdapat nanah yang terlokalisasi dan dikelilingi oleh jaringan yang meradang . Gejala khas abses adalah peradangan, merah, hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya diikuti gejala demam, selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan (Boden 2005).