Langsung ke konten utama

“Suntik Jamur” pada hewan? Adakah?

Banyak pertanyaan yang sering ditanyakan oleh  Cat Lover dan Doglover terkait dengan suntik jamur?

Adakah yang disebut dengan suntik jamur”?

Sebelum kita membahas terkait SUNTIK JAMURkita perlu pahami terlebih dahulu apa sih yang di sebut infeksi jamur, dan apakah bisa di obati dengan suntikan?

Infeksi Jamur atau Dermatofitosis adalah infeksi pada kulit, rambut, atau kuku dengan jamur. Umumnya jenis-jenis jamur yang biasa menginfeksi hewan kesayangan kita adalan dari genus Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Beberapa jenis infeksi jamur ini dapat menular kemanusia. Tanda-tanda klasik yang biasa terjadi pada kasus infeksi jamur ialah kucing terlihat sering menggaruk (gatal-gatal), kebotakan pada beberapa area tubuh, kemerahan, kulit menjadi kasar, penebalan kulit, dan bisa juga berupa bentukan jerawat. Walaupun demikian gejala-gejala diatas tidak hanya spesifik terjadi pada kasus infeksi jamur, namun dapat terjadi pada kasus infeksi kulit secara umum.

Berdasarkan literatur yang disampaikan oleh Heinreich et all. (2019) dalam bukunya Skin Diseases of the Dog and Cat: Third Edition, disampaikan bahwa pengobatan infeksi jamur dapat dilakukan dengan dua metode ialah dengan pengobatan topikal atau sistemik. Beberapa jenis terapi topikal yang biasa digunakan ialah di mandikan atau di grooming menggunakan shampoo yang menggunakan bahan sulfur, atau bahan lainya yang dapat mengatasi jamur. Selain itu, pemberian obat berupa salep atau krim juga dapat dilakukan walaupun perlu di ingat bahwa penggunaan obat  salep atau krim pada kucing bisa dilalukan dengan terlebih dahulu mencukur rambut atau bulu pada kucing.

Obat-obat sistemik yang disarankan oleh  Heinreich et all. (2019) ialah pemberian obat-obatan oral berupa Itrakonazol, Ketokonazol, Terbinafine, atau Griseovulfin. Penggunaan obat suntikan (injeksi) pada infeksi jamur sangat jarang dilakukan, karena berisiko tinggi menyebabkan keracunan bahkan kematian. Biasa nya pemberian dengan suntikan dilakukan bila kondisi sudah sangat parah, dan infeksi jamur tidak hanya terjadi pada bagian kulit, tetapi sudah menyebar keseluruh bagian dalam tubuh.  

Kita kembali lagi terhadap pembahasan utama kita yaitu suntik jamur? Umumnya  yang ditemukan dilapangan, yang biasa di sebut suntik jamur ialah penyuntikan obat yang mengandung ivermektin. Seperti kita ketahui ivermektin ialah golongan obat antiparasit yang biasa digunakan untuk mengobati beberapa kasus akibat kutu. Menurut  Yanuartono et all. (2020) bahwa pengguna ivermectin yang tidak tepat dan melibihi dosis dapat menyebabkan terjadinya hewan menjadi lemah, ganguan syaraf, kelumpuhan, kejang, bahkan kematian.

Dari penjelasan diatas tentu kita dapat simpulkan bahwa Ivermektin bukanlah obat anti jamur. Penggunaan ivermektin yang tidak sesuai tentu akan menyebabkan dampak yang merugikan bagi hewan kesayangan kita. Jadi penulis sangat tidak menyarankan dilakukan apa yang disebut sebagai “suntik jamur” ini.

Sangat berbahaya bukan, bila kita melakukan “Suntik Jamur” tanpa mengetahui penyebab dari infeksi kulit yang di alami oleh hewan kesayangan kita.

Pertanyaan selanjutnya yang disampaikan oleh pemilik hewan kesayangan adalah, Hewan Kesayangannya ternyata sembuh setelah dilakukan “suntik jamur” ini ?

Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa faktor

Pertama Infeksi kulit yang dialami oleh hewan kesayangan kita ialah akibat infeksi parasit kutu sehingga penggunaan bahan Ivermektin pada “suntik jamur” ini dapat mengatasi masalah infeksi kulitnya. Jadi bukan mengatasi jamurnya

Kedua, persembuhan terjadi karena adanya efek obat lainya, bukan karena efek “Suntik Jamur”. Umumnya “suntik jamur” ini di ikuti oleh terapi lainya seperti dimandikan (grooming) atau diberikan salep. Nah, dimungkinkan penggunaan terapi lainya seperti dimandikan (grooming) atau obat salep inilah yang mengobati masalah infeksi jamurnya, bukan karna “suntik jamur” nya

Dari semua penjelasan diatas tentu dapat disimpulkan bahwa apa yang disebut “suntik jamur” tentu tidak ada. Untuk mengatasi jamur memang kita perlu kesabaran karena butuh waktu yang panjang, apalagi gejala klinis dari infeksi jamur ini memiliki kemiripan dengan infeksi kulit lainya sehingga diperlukan pemeriksaan yang lebih detail.

Yang perlu teman-teman pahami bahwa penting  mencegah kesayangan kita dari infeksi jamur atau infeksi kulit lainya dengan menjaga kebersihanya,  tidak dibiarkan berkeliaran di linggukangan luar, serta perlu dimandikan atau grooming secara rutin. Bila terdapat masalah kulit maka segera konsultasikan dengan dokter hewan terdekat anda. Jangan coba-coba, karena hewan kesayangan kita bukan hewan percobaan.


Daftar Pustaka

Heinrich, N.A., Eisenschenk, M., Harvey, R.G., dan Nuttall, T.I.M., 2019, Skin Diseases of the Dog and Cat: Third Edition, Boca Raton Florida: Taylor & Francis Group.

Yanuartono, S. Indarjulianto, A. Nururrozi, S. R, dan Purnamaningsih, H. 2020. Penggunaan Antiparasit Ivermectin pada Ternak: Antara Manfaat dan Risiko. Jurnal Sain Peternakan Indonesi: 5(1)


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar di...

Kasus Displasia Abomasum pada Sapi

Displasia Abomasum (DA) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perpindahan abomasum dari lokasi yang sebenarnya.  Umumnya kasus DA banyak terjadi pada sapi perah ( Friesian Holstein ) yang memiliki produksi susu yang tinggi. Kasus ini biasanya terjadi pada akhir masa kebuntingan berkisar 2 minggu sebelum kelahiran (2 minggu prepartus ) dan pada awal masa laktasi yaitu sekitar 8 minggu setelah kelahiran (8 minggu post partus). Selain sapi, kasus DA juga dapat terjadi pada jenis ruminansia lainya, walaupun kasus pada rumininasia lainnya jarang terjadi.

Stud tail ( Feline Tail Gland Hyperplasia)

Pernah punya kucing yang ekornya selalu kotor berwarna hitam , kadang berkerak, bahkan sampai bisa menyebabkan kebotakan? Klo teman-teman punya kasus serupa ini biasa disebut Stud tail   atau istilah kerenya Feline Tail Gland Hyperplasia. Pengertian Kasus Stud Tail merupakan suatu kondisi ketika ekor kucing jantan memiliki kelenjar Apokrin ( keringat )   dan kelenjar Sebaceus ( minyak) yang aktif pada bagian atas ekor. Kelenjar ini menghasilkan hipersekresi lilin yang membuat lesi kucing menjadi berkerak dan membuat kerontokan pada rambut (bulu). Jika kondisi ini sudah parah, maka bisa membuat ekor kucing menjadi rentan terhadap infeksi bakteri dan menyebabkan bau tak sedap. Kasus ini umumnya terjadi pada kucing jantan walaupun demikian tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada kucing betina. Selain di bagian ekor kondisi ini juga bisa terjadi dibagian bawah dagu kucing. Penyebab Pada kasus ini ternjadi hiperplasia pada kelenjar sebaceus dan apokrin sehingga terjadi...