Langsung ke konten utama

Dilema menjadi penyembuh ayam


Jadi pembunuh itu adalah hal yang tidak aku harapkan. 

Dan saat ini, hal itu sudah mulai melekat dalam diriku..

Tak kurang dari sebulan, belasan nyawa telah aku habisi, Sekali tarik dan selesai sudah semua..

Pembunuh itukah takdirku????

Bukan sembarang pembunuh.. aku belajar untuk menjadi pembunuh ayam.

Sebagai seorang calon dokter hewan tentu dipertanyakan kenapa aku belajar menjadi  “pembunuh ayam”

Dalam kamus besar bahasa Indonesia ayam berarti  unggas yang pada umumnya tidak dapat terbang, dapat dijinakkan dan dipelihara, yang jantan berkokok dan kakinya bertaji, sedang yg betina berkotek. Ayam juga merupakan salah satu hewan yang tentu harus dan wajib untuk di obati oleh dokter hewan bila sakit. Lantas sebagai seorang calon dokter hewan, kenapa saya membunuh ayam?

Bila berbicara penyakit pada ayam khususnya penyakit ayam pada populasi yang besar maka salah satu tindakan penunjang diagnosa yang cukup berguna ialah dengan tindakan nekropsi atau yang secara awam disebut bedah bangkai.


Nekropsi atau yang biasa disebut autopsi pada manusia merupakan prosedur bedah yang sangat khusus yang terdiri dari pemeriksaan menyeluruh dari kadaver (bangkai) untuk menentukan penyebab dan cara kematian dan untuk mengevaluasi setiap penyakit atau cedera yang mungkin ada. Tentu pada ayam tindakan nekropsi dilakukan dengan  tujuan mengevaluasi penyakit yang ada pada ayam.

Lantas kenapa ayam harus dimatikan? Kenapa tidak menunggu ayam tersebut mati terlebih dahulu?

Pada populasi yang besar, Bila pemeriksaan dilakukan dengan menunggu  adanya kematian terlebih dahulu seringkali tindakan pengobatan yang dilakukan sudah terlambat dan tidak efektif lagi. Penyakit ayam seringkali bersifat aku dan menyebabkan kematian dengan sangat cepat.  Pada populasi yang besar tentu ini sangat merugikan.

Ayam juga merupakan salah satu jenis hewan yang mengalami proses autolisis (proses pembusukan) yang sangat cepat sehingga seringkali tindakan nekropsi pada ayam yang mati dalam jangka waktu yang lama  tidak dapat memberikan informasi yang cukup untuk menyimpulkan suatu penyakit.

Dari kedua hal tersebut maka cukup penting untuk melakukan tindakan nekropsi pada bangkai ayam yang masih segar agar didapatkan informasi yang cukup untuk evaluasi suatu penyakit. Bila penyakit ini dapat terdeteksi lebih cepat maka kita dapat menyelamatkan populasi ayam yang lebih besar.

Tentu hal ini tidak akan berlaku bila terjadi pada ayam yang dipelihara secara individu. Terima kasih.... Salam Kukuruyukkkkkkkkk


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Stud tail ( Feline Tail Gland Hyperplasia)

Pernah punya kucing yang ekornya selalu kotor berwarna hitam , kadang berkerak, bahkan sampai bisa menyebabkan kebotakan? Klo teman-teman punya kasus serupa ini biasa disebut Stud tail   atau istilah kerenya Feline Tail Gland Hyperplasia. Pengertian Kasus Stud Tail merupakan suatu kondisi ketika ekor kucing jantan memiliki kelenjar Apokrin ( keringat )   dan kelenjar Sebaceus ( minyak) yang aktif pada bagian atas ekor. Kelenjar ini menghasilkan hipersekresi lilin yang membuat lesi kucing menjadi berkerak dan membuat kerontokan pada rambut (bulu). Jika kondisi ini sudah parah, maka bisa membuat ekor kucing menjadi rentan terhadap infeksi bakteri dan menyebabkan bau tak sedap. Kasus ini umumnya terjadi pada kucing jantan walaupun demikian tidak menutup kemungkinan juga terjadi pada kucing betina. Selain di bagian ekor kondisi ini juga bisa terjadi dibagian bawah dagu kucing. Penyebab Pada kasus ini ternjadi hiperplasia pada kelenjar sebaceus dan apokrin sehingga terjadi...

Kasus Displasia Abomasum pada Sapi

Displasia Abomasum (DA) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perpindahan abomasum dari lokasi yang sebenarnya.  Umumnya kasus DA banyak terjadi pada sapi perah ( Friesian Holstein ) yang memiliki produksi susu yang tinggi. Kasus ini biasanya terjadi pada akhir masa kebuntingan berkisar 2 minggu sebelum kelahiran (2 minggu prepartus ) dan pada awal masa laktasi yaitu sekitar 8 minggu setelah kelahiran (8 minggu post partus). Selain sapi, kasus DA juga dapat terjadi pada jenis ruminansia lainya, walaupun kasus pada rumininasia lainnya jarang terjadi.

Jenis-Jenis Domba Di Dunia

Kelompok hewan ruminansia merupakan kelompok yang tergolong cukup banyak di domestikasi atau dimanfaatkan oleh manusia. Hewan ini dapat dijadikan sebagai sumber protein hewani yaitu diambil daging dan susunya, sebagai bahan pembuat pakaian (wol) atau sebagai pekerja. Ada beberapa jenis hewan yang termasuk dalam kelompok hewan ruminansia antara lain: Sapi, Kerbau, Kambing, dan Domba.