Pendahuluan
Asidosis
adalah suatu kondisi patologis yang berhubungan dengan akumulasi asam atau menipisnya cadangan
basa dalam darah dan jaringan tubuh, dan ditandai dengan konsentrasi ion hidrogen yang meningkat. Asidosis metabolik pada hewan ruminansia
dapat terjadi pada sapi potong maupun sapi perah yang diberikan pakan yang
mengandung karbohidrat yang mudah di fermentasi (Greenwood dan McBride
2010).
Mikroba Anaerobik dalam rumen dan sekum akan melakukan fermentasi karbohidrat untuk menghasilkan VFA (Volatil Fatty Acid) dan laktat. Hewan ruminansia akan menyerap asam organik dari rumen dan usus untuk metabolisme oleh jaringan. Saat pasokan karbohidrat meningkat tiba-tiba (yaitu, saat menggunaan konsentrat yang memiliki kandungan pati yang tinggi), pasokan jumlah asam dan prevalensi laktat akan mengalami peningkatan. Biasanya, laktat ada dalam saluran pencernaan dalam konsentrasi yang rendah, tetapi ketika pasokan karbohidrat meningkat dengan tiba-tiba maka jumlah laktat akan menumpuk. Adanya penumpukan asam yang tiba-tiba dapat menyebabkan terjadinya penurunan pH darah dan rumen dan menyebabkan adanya kondisi asidosis (Owens et al. 1998).
Gambar 1 Sapi Perah (Dokumentasi pribadi)
Etiologi
Asidosis
Asidosis metabolik umumnya di awali oleh
adanya kondisi asidosis rumen (Greenwood dan McBride 2010). Retikulorumen
merupakan organ pencernaan pada ruminansia yang memiliki ekosistem mikroba
anaerobik. Mikroba dalam rumen melakukan proses pencernaan dengan fermentasi,
substrat akan dirubah menjadi asam organik. Masuknya substrat dalam jumlah yang
normal serta proses penyerapan yang baik akan menciptakan pH rumen yang stabil
yaitu berkisar 5,8 – 6, 8. Pada keadaan
asidosis pH rumen biasanya dibawah 5,5 (Nagaraja
dan Titgemeyer 2006).
Kejadian asidosis metabolik pada
ruminansia terjadi karena adanya konsumsi karbohidrat yang mudah difermentasi
secara berlebihan. Hal ini biasanya terjadi pada saat pemberian pakan dari
biji-bijian. Biji-bijian seperti gandum dan jagung merupakan jenis pakan yang
mangandung karbohidrat yang mudah difermentasi sehingga dapat menyebabkan
kejadian asidosis. Pakan yang
dikonsumsi oleh hewan ruminansia akan masuk kedalam rumen dan melewati tahap
fermentasi oleh bakteri. Bakteri
rumen akan merespon adanya peningkatan kandungan karbohidrat yang mudah dicerna
dengan peningkatan akvitas. Adanya peningkatan aktivitas bakteri rumen
menyebabkan senyawa kimia yang dihasilkan juga meningkat seperti VFA dan laktat
sehingga memungkinkan tejadinya asidosis rumen. Beberapa bakteri yang berperan
adalah Bifidobacterium, Butyrivibrio,
Eubacterium, Lactobacillus, Mitsuokella, Prevotella, Ruminobacter, Selenomonas,
Streptococcus, Succinimonas, dan Succinivibrio (Nagaraja
dan Titgemeyer 2006).
Penurunan pH
dalam rumen juga dapat disebabkan oleh adanya kondisi kerusakan lapisan epitel
pada rumen. Jika terjadi kerusakan pada mukosa rumen maka kondisi penyerapan
akan terganggu sehingga memungkinkan terjadinya kondisi asidosis rumen.
Penyerapan yang lambat memungkinkan adanya peningkatan aktivitas mikroba rumen
sehingga akan menyebabkan produksi asam
VFA dan laktat juga meningkat. Peningkatan dua senyawa kimia ini dalam rumen
menyebabkan terjadinya penurunan pH rumen dan menyebabkan kejadian asidosis (Nagaraja dan Titgemeyer 2006).
Hasil
fermentasi rumen berupa VFA dan laktat yang berlebihan akan diserap dan masuk
kedalam darah. Masuknya VFA dan laktat secara berlebihan dalam darah yang
menyebabkan terjadinya kondisi asidosis metabolik. Dalam darah terdapat
mekanisme buffer yang dapat menetralkan asam yang masuk dalam darah. Kondisi
asidosis terjadi saat jumlah asam yang masuk berlebihan dan jumlah buffer yang
ada sedikit. Umumnya senyawa kimia yang bersifat buffer dalam darah ialah ion
bikarbonat (HCO3-) (Owens et al.
1998).
Seiring dengan menurunnya pH darah, dan peningkatan
ion H+ terjadi penurunan pembentukan urea dan peningkatan sinteasa
glutamin di hati, serta peningkatan aktivitas ginjal (Greenwood
dan McBride 2010). Ginjal
mengkompensasi keadaan asidosis dengan mengeluarkan asam pada urin. Selain itu
kompensasi dari keadaan asidosis ialah adanya peningkatan ritme pernafasan.
Pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat. Hal ini dilakukan sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida. Asidosis metabolik terjadi terjadi jika terjadi kegagalan
mekanisme buffer oleh tubuh. Dimana ginnjal atau paru-paru tidak berfungsi
maksimal dalam mengeluarkan asam dalam tubuh. Walaupun demikian kondisi
asidosis metabolik tetap terjadi jika jumlah asam yang masuk dalam tubuh
berlebihan.
Laporan dari Greenwood dan McBride (2010)
menyebutkan bahwa pada kondisi asidosis, ruminansia akan melaksanakan mekanisme
peningkatan sintesa glutamine sehingga menyebabkan adanya peningkatan
konsentrasi glutamine dalam plasma. Walaupun demikian pada kasus asidosis
kronis, akan terjadi penurunan konsentrasi glutamine, hal ini disebabkan oleh
penggunaan glutamine yang berlebihan saat awal kejadian asidosis. Glutamine adalah satu dari 20 asam
amino yang memiliki rantai samping amida. glutamine dianggap sebagai molekul
penyimpan NH+ di dalam otot dan transportasi antar organ bagi
senyawa tersebut. Meskipun kadar glutamina di dalam protein otot
hanya sekitar 4% dibandingkan dengan jumlah seluruh asam amino yang terkadung
dalam protein tersebut, otot dalam mengandung lebih dari 40% glutamina dan
plasma darah mengandung lebih dari 20%. Adanya sintesis glutamine dalam kasus
asidosis yang berlebihan memungkinkan adanya pengambilan glutamine dari otot
melalui mekanisme proteolisis otot. Pada ruminansia proses proteolisis otot
tidak terjadi walaupun demikian dalam plasma tetap ditemukan adanya peningkatan
konsentrasi glutamine.
Gejala Asidosis
Tanda asidosis yang biasa terlihat pada
hewan ruminansia ialah adanya penurunan nafsu makan. Tanda-tanda klinis sangat
bervariasi, tetapi biasanya menjadi jelas 12-36 jam setelah konsumsi pakan yang
mudah di fermentasi. Dalam bentuk akut, asidosis yang cukup parah adalah
pelemahan dari fungsi tubuh. Tanda paling awal adalah kelesuan. Berhentinya
gerak ruminal adalah indikasi yang sangat kuat terjadinya asidosis karena hal ini
diakibatkan oleh konsentrasi tinggi dari asam laktat dan VFA, khususnya
butyrate. Kotoran awalnya pekat kemudian menjadi berair dan sering berbusa,
dengan bau yang menyengat. Dehidrasi akan berkembang dalam waktu 24 hingga 48
jam. Hewan yang sembuh dapat meninggalkan rumenitis, laminitis, atau pembengkakan
hati. Hewan yang mengalami asidosis subacute jarang menunjukkan tanda-tanda
klinis (Owens et al. 1998).
Peningkatan pernafasan dapat terjadi pada beberapa sapi
karena terjadinya peningkatan jumlah karbon dioksida sebagai upaya memperlunak
metabolic asidosis. pH Ruminal mungkin baik dijadikan sebagai indikator asidosis
subacute, namun pH ruminal dalam rentang asidosis subacute (5,0-5,5) kemungkinan
tidak mencerminkan sebuah asidosis, kecuali yang berkelanjutan. Oleh karena
itu, sampel isi ruminal untuk pengukuran pH, selain sangat tidak praktis karena
nilainya terbatas. Pada kondisi asidosis metabolik beberapa parameter yang
dapat digunakan untuk menilai kondisi asidosis ialah dengan mengukur pH, total
karbon dioksida dan bikarbonat (HCO3) dalam darah. Selain itu dapat juga dilakukan
pengukuran pH urin (Greenwood dan McBride 2010).
Indikator pH darah merupakan indikator penting dalam
penentuan kejadian asidosis pada hewan. Keadaan asidosis umumnya ditunjukkan
oleh adanya penurunan pH yaitu dibawah 7,35. Selain ini akan terlihat adanya
peningkatan kadar asam laktat dan hematokrit (PCV) dalam darah serta
terdeteksinya endotoxin dan mediator inflamasi dalam darah (Owens et
al. 1998).
Pengendalian Asidosis
Pengendalian asidosis
cukup dipengaruhi oleh manajemen nutrisi. Evaluasi tentang
manajemen nutrisi adalah langkah pertama dalam mengendalikan asidosis. Salah
satu strategi untuk meminimalkan risiko yang berkaitan dengan pakan yang tinggi
tingkat fermentasinya (gandum, barley, jagung, dan sebagainya) adalah mencampur
pakan dengan fermentasi tinggi dengan bahan-bahan yang lebih rendah tingkat
fermentasi patinya. Efisiensi pada kombinasi pakan, lebih baik dibandingkan
dengan menggunakan satu pakan (Owens et al. 1998).
Umumnya, hijauan ditambahkan ke pakan finishing untuk
mengendalikan asidosis. Dengan adanya pemberian hijauan dengan bahan kasar yang
tinggi dapat menjaga integritas dari papila rumen. Papila rumen yang normal
memiliki ukuran permukaan mukosa yang
lebih luas sehingga proses absorbsi dan pencernaan makanan akan menjadi lebih
baik.
Selain dengan manajemen nutrisi, kasus asidosis juga dapat
diatasi dengan pemberian pakan aditif yang dapat menghambat pembentukan mikroba
yang menghasilkan laktat. Pemberian beberapa jenis bakteri tertentu, mencegah
adanya pembentukan glukosa dan asam laktat yang berlebihan sehingga kejadian
asidosis dapat di hindari (Owens et al. 1998).
Daftar Pustaka
Owens FN, Secrist DS,
Hill WJ, Gill DR. 1998. Asidosis in Cattle: A Review. J Anim Sci 76:275-286.
Greenwood SL, McBride BW. 2010. Development and characterization of the ruminant model of metabolic
acidosis and its effects on protein turnover and amino acid status. Dalam Australasian Dairy Science Symposium.
Proceedings of the 4th
Australasian Dairy Science Symposium, Melbourne. Augustus 2010. Hal 400-404.
Nagaraja TG, Titgemeyer EC. 2006. Ruminal Asidosis in Beef Cattle: The Current
Microbiological and Nutritional Outlook. Journal of Dairy
Science 90: E17-E38
Penyebab-penyebab Ejakulasi dini:
BalasHapus- hal Fisik
sekian banyak aspek yg berkeadaan fisik mampu memasang terjadinya ejakulasi dini guna laki laki, sela lain adanya perselisihan buat kelenjar prostat, masalah diabetes, kesukaran kepada saraf dan sebab kegagalan pada memandu bintik ejakulasi. Pengalaman seksual di periode belia masih turut berikan andil terjadinya ejakulasi dini.
sex yg lekaslekas dan pengalaman sex yg tak menyenangkan bakal berikan respon terhadap otak kepada memperpendek jalan ejakulasi. perihal wilayah pun berkuasa pada cepatnya berlangsung ejakulasi.
- aspek Non-Fisik
terkecuali penyebab fisik, faktor-faktor non fisik serta berikan andil terjadinya ejakulasi dini buat laki laki. contohnya, pasangan perempuan kembali meraup sakit, tindihan tugas yg berkembang, soal marga yg belum teratasi, orientasi seksual yg salah, gila pengalaman dekat sex, kelapangan hunian yg tak memberi dukungan disaat bercinta, kecemasan, perasaan cemas tidak sukses dan khayalan sex yg berlebihan.
kekhawatiran atau histeria sedang sanggup jadi penyebab ejakulasi dini. sekian banyak sampel pikiran yg menghasilkan laki-laki berejakulasi dini ialah perasaan gamang tak dapat melepas pasangannya atau sejumlah pikiran berkenaan tugas. tindihan asal dekat inilah yg malahan membuatnya orgasme lebih pertama. putri yg terlampaui berjiwa lagi sanggup menyiapkan laki-laki menemukan ejakulasi atau orgasme yg terlampaui langsung. begitu dua penyebab penting terjadinya ejakulasi dini. Setidaknya ada 4 metode mengungguli ejakulasi dini yg dapat kamu praktekkan. Penyembuhan keseluruhan sebaiknya membawa-bawa ke-2 belah pihak. Komunikasi dan memburu usaha ke luar dengan yaitu penyelesaian buat mengobati perkara ejakulasi dini.
bila pertanyaan masih belum sanggup terpecahkan serta-merta menghubungi dokter spesialis andrologi Klinik apollo pada wawancara lebih lanjut di Hotline No. (021)-62303060.
Pencegahan Kulup panjang di Klinik | sirkumsisi Jakarta
Ejakulasi dini dan pencegahannya | Klinik kelamin di Jakarta
Konsultasi Dokter klinik | Free Consultasion
Terimakasih kak,sangat bermanfaat. Pas banget lagi nyari tentang asidosis
BalasHapus