Langsung ke konten utama

Sejarah Panjang Fakultas Kedokteran Hewan IPB

Kampus Taman Kencana
Sekolah Kedokteran Hewan di Indonesia sudah ada sejak zaman Belanda. Pendirian sekolah kedokteran hewan di Indonesia oleh pemerintah Belanda, disebabkan oleh kurangnya jumlah Dokter Hewan Belanda yang ada di Indonesia saat itu. Sedikitnya jumlah Dokter Hewan, sedangkan penyakit hewan yang ada semakin banyak dan mengkhawatirkan,  menyebabkan timbulnya pemikiran untuk mendidik tenaga dokter hewan pribumi di Indonesia. Melewati serangkaian perjalanan panjang akhirnya Sekolah Dokter Hewan Pribumi (Indische Veeartzen School)  dapat di dirikan pada tahun 1908.

Seiring perkembangannya sekolah Dokter Hewan terus berkembang dan sempat beberapa kali mengalami perubahan nama.Sekolah Dokter Hewan Pribumi (Indische Veeartzen School)  berganti nama menjadi Sekolah Dokter Hewan Bumi Putra “Nederland Indische Veeartzen School” (NIVS) pada tahun 1914. Walaupun sebelumnya sekolah Dokter Hewan lainya  pernah di dirikan di Indonesia, namun dari Indische Veeartzen School, dokter hewan pribumi atau dokter hewan bangsa Indonesia pertamalah di lahirkan. Dokter Hewan pertama yang lulus dari sekolah ini ialah drh. J.A.Kaligis yang lulus pada tahun 1910. 

Pada tahun 1941, NIVS dibubarkan dan digantikan dengan “Bogor Zui Semon Gakko” atau “Zui Semon Gakko”. Sekolah Dokter Hewan zaman jepang ini hanya selama berdiri selama empat tahun, terkait jatuhnya Jepang pada sekutu serta proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Setelah kemerdekaan Indonesia tahun 1945  “Bogor Zui Semon Gakko” kembali berganti nama menjadi “Nederland Indische Veeartzen School” (NIVS). NIVS yang berdiri setalah zaman kemerdekaan juga disebut sebagai Sekolah Dokter Hewan Bogor. Sekolah Kedokteran Hewan Bogor tidak berlangsung lama, hanya bertahan selama 1 tahun dari 1945 – 1946, kemudian kembali berganti nama menjadi Perguruan Tinggi Kedokteran Hewan (PTKH). Perubahan nama ini terjadi pada tanggal 20 September 1946. Mengingat bahwa bahwa PTKH resmi ada pada tanggal 20 September, maka tanggal ini dipakai sebagai tanggal lahirnya Fakultas Kedokteran Hewan.   

Terkait pergolakan politik saat itu, PTKH Bogor pada tahun 1947 kembali diduduki oleh Belanda. Pendudukan ini membuat pengaturan PTKH kembali di atur dan diawasi oleh pemerintah Belanda. Selama masa pengawasan tersebut perkuliahan tidak dapat berjalan selama satu tahun, walaupun demikian PTKH Bogor secara resmi tidak pernah ditutup. Perkuliahan di PTKH Bogor kembali dilaksanakan pada tahun 1948 setelah Belanda membuka  “Fakulkteit Diergeneeskunde  Universiteit van Indonesie”. Akibat pendudukan ini, sebagian siswa PTKH Bogor tidak melanjutkan kembali sekolahnya pada “Fakulkteit Diergeneeskunde” . 

Fakultas Kedokteran Hewan “Fakulkteit Diergeneeskunde” dibawah Universitas Indonesia saat itu, mayoritas memiliki dosen yang berkewarganegaraan Belanda. Setelah dosen-dosen Belanda mulai kembali kenegerinya. Pemerintah kemudian mengantikan  dosen-dosen tersebut dari beberapa negara Eropa seperti Jerman dan Denmark. Selain itu ada juga beberap Dosen yang berkewarganegaraan Indonesia yaitu Prof. Dr. Iskandar Titus (Small Animal Medicine), Prof. DR. A.A.Ressang (Patologi), dan drh. Kosasih (Anatomi).  


Kegiatan Belajar Siswa NIVS
Pada saat masih berstatus Fakulkteit Diergeneeskunde Universiteit van Indonesie, sekolah ini mengikuti studi bebas (vreije studie) yang bercirikan antara lain, Kuliah bebas tidak diabsen, bahasa pengantar perkuliahan berupa bahasa inggris diselingi bahasa belanda. Ujian kenaikan tingkat hanya sekali setahun, ujian dilaksanakan dengan cara lisan diruang kerja atau dirumah dosen yang bersangkutan dengan perjanjian. Pada saat Ujian, mahasiswa harus memakai kemeja putih lengan panjang, dasi hitam, celana dan sepatu berwarna hitam. Sebagai tanda lulus, dosen akan mencatat di buku catatan mahasiswa dan menjabat tangan mahasiswa yang di ujinya. Kalau sudah begini, mahasiswa yang bersangkutan merasa senang dan lega karena salah satu mata kuliahnya telah dinyatakan lulus dan seterusnya akan menumpuh ujian untuk mata kuliah yang lain. 

Pada tahun 1957 Fakulkteit Diergeneeskunde  Universiteit van Indonesie berubah nama menjadi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Indonesia. Kemudian pada tahun 1959-1960 berubah lagi menjadi  Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan Universitas Indonesia. Pada masa ini Pemerintah mendapatkan bantuan Hibah dari Amerika Serikat yang dikelola oleh “Kentucky Research Foundation” (KRF) untuk mengembangkan program pendidikan tinggi ilmu-ilmu pertanian. Pada periode bantuan Hibah ini Fakultas Kedokteran Hewan dan peternakan juga mengalami perubahan kurikulum. Kurikulum yang awalnya merupakan studie bebas (vreije studie) berubah menjadi terpimpin, dengan menggunakan istilah-istilah akademik yang digunakan di Amerika Serikat seperti semester. Setiap semester ada quiz atau penugasan “term paper” dan pada akhir semester di adakan ujian akhir semester secara tertulis. 

Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan pada tahun 1962 berubah menjadi Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan, dan Perikanan Universitas Indonesia. Pada tahun 1963, Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan, dan Perikanan lepas dari Universitas Indonesia dan membentuk Institut Pertanian Bogor (IPB). Fakultas Kedokteran Hewan, Peternakan, dan Perikanan kemudian dibagi menjadi tiga fakultas yaitu Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Peternakan dan Fakultas Perikanan. 

Dalam Pembangunan IPB, FKH merupakan “Feeder Faculty”. Hal inilah yang menyebabkan ada beberapa dokter hewan yang menjadi dosen tetap pada pendahulu di Fakultas Peternakan, Fakultas Perikanan dan Fakultas Teknologi dan Mekanisasi Pertanian. 

Sejalan dengan berjalannya waktu, FKH IPB terus bekembang. Pada periode 2003-2007 FKH IPB melalui masa transisi perpindahan dari kampus Taman Kencana ke kampus IPB Dramaga. Periode Dekan FKH dari masih bersama Universitas Indonesia sampai pada Institut Pertanian Bogor dari periode 1950 – 2007 Ialah. 

(1950-1956) Prof. Dr. Soetrisno D. Poesponegoro
(1956-1960) Prof. Dr. I. Titus
(1960-1963) Prof. Dr. AJ. Darman
(1967-1971, 1978-1983) Prof. Dr. Soewndo Djojosoebagjo
(1972-1974) Prof. Dr. TB. Achjani Atmakusuma
(1974-1978) Prof. Dr. Soenarjo Sastrohadinoto
(1983-1986) Prof. Dr. Djokowoerjo K. Sastradipradja
(1986-1989) Prof. Dr. Achmad Muchklis, M.Sc
(1989-1992) Prof. Dr. drh. Singgih H Sigit
(1992-1996, 1996-1999) Prof. Dr. Drh. Emir A. Siregar, SKM
(1999-2003) Prof. Dr. Fachriyan Hasmi Pasaribu
(2003-2007) Dr. drh. H. Heru Setijanto
(2007-2011) Prof. Dr. Drh. I Wayan Teguh Wibawan
(2011-2015) Drh. Srihadi Agungpriyono, Ph.D, PAVet

Sumber: Sejarah, Kiprah dan Tantangan 100 Tahun Dokter Hewan Indonesia.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Distemper pada Anjing

Canine Distemper merupakan   salah satu penyakit penting pada anjing yang dapat menyebabkan kematian yang cukup tinggi . Tingkat kematian akibat Canine distemper pada anjing menempati urutan kedua setelah rabies (Deem et al . 2000).   Canine distemper disebabkan oleh adanya infeksi Canine distemper virus dari genus Morbillivirus dan famili Paramyxoviridae. Gejala klinik yang ditimbulkan sangat bervariasi. Gejala klinis yang timbul akibat infeksi virus distemper dapat beragam, tergantung organ yang diserang. Virus distemper umumnya dapat menyerang beberapa sistem organ seperti sistem pencernaan, sistem pernafasan, sistem saraf dan kulit.   Infeksi canine distemper virus menyebabkan adanya lesio khas pada kulit yaitu Footpad Hyperkeratosis yang biasa disebut dengan Hard Pad Disease   ( Koutinas et al. 2004).   Gambar 1. Anak Anjing (Dokumentasi Pribadi) Canine distemper pertama kali di isolasi oleh Carre pada tahun 1905. Penyakit ini tersebar diseluruh belahan dunia. Di ind

Kasus Displasia Abomasum pada Sapi

Displasia Abomasum (DA) merupakan suatu kondisi dimana terjadi perpindahan abomasum dari lokasi yang sebenarnya.  Umumnya kasus DA banyak terjadi pada sapi perah ( Friesian Holstein ) yang memiliki produksi susu yang tinggi. Kasus ini biasanya terjadi pada akhir masa kebuntingan berkisar 2 minggu sebelum kelahiran (2 minggu prepartus ) dan pada awal masa laktasi yaitu sekitar 8 minggu setelah kelahiran (8 minggu post partus). Selain sapi, kasus DA juga dapat terjadi pada jenis ruminansia lainya, walaupun kasus pada rumininasia lainnya jarang terjadi.

Abses pada sapi

Sapi perah Abses merupakan salah satu masalah yang cukup sering terjadi pada sapi perah. Kondisi abses banyak terjadi pada peternakan sapi perah yang memiliki tingkat sanitasi kandang yang rendah. Abses merupakan kumpulan nanah (netrofil yang mati) yang berada dalam kavitas jaringan tubuh yang biasanya pada daerah kulit dan menimbulkan luka yang cukup serius karena infeksi dari bakteri pembusuk . Abses itu sendiri merupakan reaksi ketahanan dari jaringan untuk menghindari menyebar nya benda asing di tubuh. Pada abses terdapat nanah yang terlokalisasi dan dikelilingi oleh jaringan yang meradang . Gejala khas abses adalah peradangan, merah, hangat, bengkak, sakit, bila abses membesar biasanya diikuti gejala demam, selain itu bila ditekan terasa adanya terowongan (Boden 2005).